Rabu, November 25, 2009

Kaum Wanita Muslim Sholat Jum'at

Bismillaahir rohmaanir rohiim
Assalamu 'alaikum wr.wb.

1. Kaum wanita tidak wajib sholat jum'ah?

"Wahai, orang-orang yang beriman ! Apabila dipanggil untuk shalat pada hari Jum’at. [3047a] maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Hal demikian adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."

Kalimat ayat ‘Yaa ayyuhalladziina aamanuu idza nuudiya lish sholaati miy yaumil jumu’ati fas’au ilaa dzikrillaahi…dst' adalah umum = orang laki-laki dan perempuan yg beriman. Kaidah dlm bahasa Arab bila jamak mudzakkar itu mencakup kaum perempuan/muannats.

Siti Hafsah dalam hadits riwayat an-Nasaai menyebutkan bahwa nabi s.a.w. bersabda: ‘Rowaahul jum’ati waajibun ‘alaa kulli muhtalimin’ yang artinya “Pergi ke jum’at (sholat jum’at) itu wajib atas tiap-tiap orang yang telah dewasa”.

“Al-Jum’atu ‘ala man sami’an nidaa” (Abu Daud)

Hadits-hadits yang mengandung keterangan tidak wajibnya wanita muslim berjum’at tidak dapat digunakan utk mengkhususkan ayat yg mengandung perintah ‘umum’. Lagi pula hadits2 tsb belum dapat dipertanggungjawabkan tentang shahih dan kuatnya.

Dalam Subulus salam II: 79 Imam Asy-Syafi’I menyukai bahkan mewajibkan kaum wanita tua menghadiri jum’at dngan ijin suaminya. (Ajaib! Apa bedanya tua dan muda?) (‘Pedoman Shalat’ karya Hasbi Ash-Shiddiiqy, 1955)

K.H. Munawar Khalil (penulis dan alim terkenal) dalam harian ‘Abadi’ (17 September 1954, halaman III no. 219 thn ke IV) bahagian ‘Renungan Jum’at’ menganggap penting kaum wanita sholat jum’at. Ayat tentang jum’at dalam surah al-jumu’ah bersifat umum. Terakhir K.H. Munawar Khalil menunjukkan bukti-bukti lemahnya hadis2 yang menyebutkan tidak wajibnya kaum wanita sholat jum’at.

"man syahidal jum'ata minar rijaali wan nisaai fal yaghtasil" (Rowaahu al-Jama'ah wa ibnu Hibbaan)
‘Barangsiapa yang menyaksikan jum’ah baik laki-laki maupun perempuan hendaknya mandi’

"Man atal jum'ata minar rijaali wan nisaai falyaghtasil wa mal lam ya-tihaa falaisa 'alaihi ghuslun" (rowaahu al-baihaqi bisanad shohiih) Terjemah hampir sama dng diatas.

2. Sholat sunnah sebelum jum'ah

"Man ightasala yaumal jum'ati wa massa min thiibin in kaana 'indahu wa labisa min ahsani tsiyaabihi tsumma khoroja wa 'alaihis sakiinatu hatta ya-tiyal masjida fayarka'u in badaalahu wa lam yu-dza ahadan tsumma anshota idzaa khoroja amaamahu hattaa yusholliya kaanat kaffaarotun limaa bainahaa wa bainal jum'ati" (Rowaahu Ahmad)

dari Abdullah Ibnu Umar diriwayatkan tentang diri beliau r.a.: "Innahu kaana yuthiilush sholaata qoblal jum'ati wa yushollii ba'dahaa rok'ataini wa yuhadditsu anna rosuululloohi shollolloohu 'alaihi wa sallama kaana yaf'alu dzaalik" (Abu Daud) “Dia (Ibnu Umar) biasa memperpanjang sholat sebelum jum’at dan sholat setelah jum’at dua roka’at lalu ia bercerita bahwa Rasulullah s.a.w. biasa melakukan hal demikian.”

dari Ibnu 'Abbaas mengatakan: "Kaanan nabiyyu shollolloohu 'alaihi wa sallama yarka'u qoblal jum'ati arba'a roka'aatin laa yufashshilu bainahunna bisyaiin" (Ibnu Maajah) artinya “Bahwa Nabi s.a.w. sholat empat roka’at sebelum jum’at…”

dari 'Abdullah ibn Mas'ud mengatakan: "Innahu kaana yushollii qoblal jum'ati arba'an wa ba'dahaa arba'an" (At-Tirmidzi) artinya “sesungguhnya beliau s.a.w. sholat sebelum jum’at empat rokaat dan juga setelahnya”.

3. Adzan Shubuh dan Jum’at ditambah 1 kali tadinya satu adzan 2 iqomat menjadi dua kali adzan dan sekali iqomat

Ada beberapa kejadian dimana beberapa sahabat menambah tata cara ibadah hal mana Nabi s.a.w. membiarkan bahkan memujinya contohnya menjadi kebiasaan Hadhrat Bilal r.a. setelah mengucapkan adzan shubuh dan melihat orang-orang sudah berkumpul lalu beliau r.a. mendatangi Rasulullah s.a.w. (di rumah dekat masjid) dan melapor 'Orang-orang sdh berkumpul' lalu nabi s.a.w. mendatangi mereka dan memimpin sholat. Suatu kali Hadhrat Bilal r.a. mendatangi rumah Rasulullah s.a.w. (setelah adzan Shubuh) ternyata beliau s.a.w. tertidur. “Anda tertidur yaa rosulallah?”

Pada adzan shubuh hari selanjutnya Bilal menambahkan kata ‘Ash-sholaatu khoirum minan nauum’ (sholat lebih baik daripada tidur) setelah ‘hayya ‘alal falaah’. Nabi s.a.w. menyukai kalimat ini dan menyetujuinya. (H.R. Abu Dawud). Ini baru satu kejadian. Ada cukup banyak kejadian dimana beberapa sahabat menambah suatu amalan ibadah dan Rasulullah s.a.w. memujinya sebagai tanda setuju.

Itu adalah kisah sahabat Bilal. Bagaimana dengan para khulaafa ur rosyidiin? Tentu kita sepakat bahwa para khalifah Rasulullah s.a.w. mempunyai derajat ketakwaan dan pemahaman agama yang melebihi shahabat-shahabat lainnya. Ternyata jauh-jauh hari sebelum beliau s.a.w. meninggal beliau sudah bersabda sbb:
“Aku berwasiat kepadamu dengan ketaqwaan kepada Allah, mendengar dan taat walaupun kepada budak sahaya berkebangsaan Etiopia. Karena sesungguhnya siapa dari kamu yang hidup ia akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Hati-hatilah kamu dari perkara-perkara yang baru karena ia adalah kesesatan. Maka barang siapa dari kamu mengalami hal itu, hendaknya ia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para khulafa’ yang Râsyidiin dan Mahdiyyiin (yang terbimbing dan mendapat petunjuk), gigitlah ia dengan gigi geraham kamu (berpegang teguhlah dengannya)!.(Al-Turmudzi. Sunan (dengan Syarah Al-Mubarakfuuri).Vol.7,438-442. bab al-Akhdzu bil Sunnah wa ijtinaab al-Bid’ah)

Berdasarkan hadis diatas yang berisi pujian dan pengakuan nabi s.a.w. akan ke-rasyid-an dan ke-mahdi-an (yg mendpt petunjuk) dari para khalifah sepeninggal beliau (apalagi yg ‘ala minhaajin nubuwwah seperti hadhrat Abu bakr, Umar, Utsman dan ‘Ali) maka tidak ada salahnya dan justru merupakan hal yg terpuji jika kita mengikuti amalan tata cara ibadah yg ditambahkan (bs dikatakan sngat sedikit sekali dilakukan kecuali khalifah menganggapnya sangat penting) oleh Khalifah Utsman seperti adzan Jum’at dll.

Tidak ada komentar: